Oleh Tim IT Pusdis Unhas
Perpustakaan Digital Unhas baru saja dilaunching. Saat peluncuran, Kepala Perpustakaan ibu Firen menyampaikan bahwa Unhas menyediakan 30 komputer yang mahasiswa dapat pakai mengakses literatur melalui perpustakaan ini. Tentu saja ini merupakan kemajuan yang perlu dibanggakan. Namun di sisi lain, sebagai pengelola Pusat Disabilitas, kita akan membincangkan hal ini dari sisi Aksesibilitas digital di Universitas Hasanuddin. Ini merupakan hal yang penting untuk ditinjau, terutama dalam konteks Perpustakaan Unhas. Perpustakaan ini tidak hanya menyediakan buku fisik dan ruang baca luas, tetapi juga menawarkan bahan bacaan digital dalam format online. Mahasiswa seperti Muhammad Ilham dan Nabila May Sweetha, yang memiliki disabilitas penglihatan, memerlukan aksesibilitas yang memadai untuk mengakses bahan bacaan, seperti menggunakan aplikasi pembaca layar.

Menurut Muhammad Ilham, seorang mahasiswa difabel jurusan Ilmu Komunikasi Unhas, mengungkapkan pengalamannya dalam mengakses perpustakaan digital Unhas. Meskipun proses registrasi relatif mudah, ia menemui kendala dalam membaca bahan bacaan yang berformat PDF image, sulit diakses dengan pembaca layar. Meski demikian, ia berharap perpustakaan menyediakan lebih banyak buku dalam format PDF teks untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa disabilitas. Sementara itu, Nabila May Sweetha menyoroti aksesibilitas aplikasi Moodle di Unhas. Awalnya tidak aksesibel, namun dengan bantuan WR 1 Prof Ruslin, aplikasi tersebut kini dapat diakses dengan baik melalui pembaca layar. Meskipun demikian, masih terdapat kendala seperti scan barcode untuk absensi yang belum sepenuhnya aksesibel.

Nabila juga menyoroti aksesibilitas literasi di Unhas, di mana ruang braille corner di Perpustakaan Unhas belum sepenuhnya memadai untuk mahasiswa disabilitas penglihatan. Buku teori yang belum tersedia dalam format braille menjadi hambatan bagi mereka. Dia menyarankan agar lebih banyak buku dialih bentuk menjadi PDF teks untuk memudahkan akses mahasiswa difabel. Selain itu, komputer di perpustakaan juga perlu dilengkapi dengan pembaca layar untuk mendukung aksesibilitas.
Dari pandangan Muhammad Ilham dan Nabila May Sweetha, terlihat bahwa Universitas Hasanuddin telah berkomitmen untuk meningkatkan aksesibilitas kampus secara fisik, digital, dan layanan. Meskipun sudah ada upaya seperti berdirinya Pusat Disabilitas Unhas, masih terdapat tantangan dalam menyediakan aksesibilitas yang optimal bagi mahasiswa disabilitas. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah lebih lanjut, seperti menyediakan lebih banyak bahan bacaan dalam format yang mudah diakses oleh berbagai jenis disabilitas dan meningkatkan integrasi teknologi assistive. Dengan demikian, diharapkan aksesibilitas digital di Universitas Hasanuddin dapat terus ditingkatkan demi inklusi dan kesetaraan bagi seluruh mahasiswa[].











