Tim Media Pusdis
Kepala Pusat Disabilitas unhas menerima pesan dari bu Nana, pengelola Australia Indonesia Center (AIC) Universitas Hasanuddin. Ia mengabarkan Duta Besar Australia untuk Indonesia Ibu Penny Williams akan mengunjungi Universitas Hasanuddin. Bu dubes akan singgah ke Pusdis sekitar 20 menit sebelum ke ruang rektorat untuk makan siang lalu ke kantor AIC.
Sore, sehari sebelum kedatangan Bu Dubes, kami mendiskusikan bersama persiapannya. Beberapa relawan berdiskusi dan sebagian membersihkan taman inklusif JJ. Kami sepakat untuk menerima kedatangan Bu Dubes di taman dan tak perlu masuk kantor pusdis. Bertemu dan berbincang di Taman akan terasa lebih santai apalagi karena ini hanya kunjungan singkat.
Mengapa Pusat Disabilitas menjadi tempat yang perlu disinggahi Bu Dubes?
Pusat disabilitas atau Pusdis Unhas berdiri lebih dari setahun lalu. Komitmen rektor untuk membuka Pusat Disabilitas ini sudah dibicarakan dalam sejumlah diskusi dewan Penasihat PAIR. Riset-riset yang memasukkan perspektif disabilitas begitu kuat sebagai pendekatan dan perspektif ini menjadi mainstream. Unhas mendirikan pusat disabilitas, membuka jalur afirmasi disabilitas, menyiapkan sejumlah regulasi kampus yang inklusif, mendampingi mahasiswa-mahasiswa difabel dan menggelar kelas-kelas belajar, dan melayani sejumlah konsultasi maupun diskusi mendalam mengenai penerapan prinsip-prinsip inklusi disabilitas.
Di taman inklusif JJ (Jalinan Jiwa) siang tadi kami menerima Bu Dubes Penny Williams, Pak Konjen Todd Dias, dan bersama Rektor Unhas Prof JJ kami menjelaskan apa itu pusat disabilitas, apa yang telah kami lakukan, dan berbincang langsung dengan mahasiswa-mahasiswa difabel.
Bu Dubes, perempuan yang ramah. Ia mengajak mahasiswa difabel berbincang. Fitrah Ramadhan mahasiswa Tuli dari Prodi Sastra Indonesia bercerita tentang buku yang ia tulis. Ia juga menyampaikan kelas bahasa isyarat yang Pusdis sediakan setiap Jumat Sore di Taman Inklusif ini. Girandy, mahasiswa difabel Ilmu Komunikasi memperkenalkan diri dengan menyebut namanya dalam bahasa Inggris, my name is Girandy. Selain itu, Muh. Ilham, mahasiswa disabilitas netra juga memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris dan menyatakan keinginannya melanjutkan studi magister di Australia. Prof JJ menjelaskan banyak hal tentang pengalaman Unhas menjadi kampus inklusif.
Prof JJ menyinggung satu cerita dari Hijrah, mahasiswi Tuli tentang pengalaman kuliah di Fisip. Tentang teman-teman nya yang mulai belajar dan berkomunikasi dalam berbahasa isyarat. Prof JJ juga menyampaikan bahwa Taman Inklusif ini menjadi tempat belajar isu-isu disabilitas dan sejumlah rencana untuk terus menerapkan sistem pendidikan inklusif di kampus.
Bu Dubes dalam perbincangan itu menyampaikan bahwa pemerintah Australia menyediakan beasiswa untuk magister bagi difabel. Ia meminta agar mahasiswa difabel terus menguatkan diri, menambah kemampuan dan mencoba mengakses beasiswa ini nantinya. Kepala Pusat Disabilitas Unhas, Ishak Salim menyampaikan bahwa Pusat Bahasa Unhas telah menerima mahasiswa Tuli untuk bisa belajar bahasa Inggris, termasuk tes TOEFL sebagai syarat mendapatkan beasiswa. Ia juga menyampaikan bahwa ada beberapa universitas yang telah belajar ke Pusdis Unhas.
Kunjungan singkat ditutup dengan poto bersama di taman inklusif dan dilanjutkan ke rektorat dan Australia Indonesia Center.