Oleh Sri Miftahul Jannah Hamid, Manajemen, A021221017

Setelah lama tak menginjakkan kaki ke kantor Pusat Disabilitas karena libur semester, hari ini saya hadir lagi. Ini hari pertama Rapat Kerja Pusdis. Awalnya, saya takut dan canggung. Ada banyak keraguan muncul dikarenakan ‘semangat’ hilang dibawa libur yang panjang. Namun, begitu saya bertemu dengan teman-teman di Pusdis, rasanya semangat yang hilang tadi seketika datang dalam sekejap. Kekeluargaan yang saya rindukan ternyata tak hilang hanya karena terpisah 2 bulan.
Hari pertama dibuat sebagai hari ‘administrasi’ di mana kami menyusun program kerja yang akan dilaksanakan pada periode 2025. Pada saat itu kami tersebar ke lima divisi. Hal ini bertujuan agar tanggung jawab selama 1 periode sistematis dan tak sulit ketika ingin menjalankan program kerja. Saya diberikan amanah sebagai anggota divisi relawan, di mana program kerja kami terfokus kepada pemeliharaan relawan agar tertarik dan betah untuk menjadi relawan Pusat Disabilitas UNHAS. Selama pembahasan program kerja, kami banyak berdiskusi sesama relawan dan juga kak Ishak selaku Kepala Pusat Disabilitas. Pembahasan yang kami bahas terasa seperti sharing session, di mana kami menuangkan berbagai ide dan pengalaman sebagai relawan dan hal apa yang membuat betah dan tidak.
Ada yang spesial di sesi ini, saat pemaparan program kerja, kami melibatkan berbagai divisi, kami mendapat berbagai masukan untuk kembali dipertimbangkan, tapi itu tetap seru kok! Sesi perdebatannya terasa lucu tanpa adanya ketegangan, kami bebas berpendapat dan saling memberi masukkan, tidak ada rasa kaku yang menghambat ide dan mengekang suara. Hari pertama berjalan mulus, ditutup dengan kak Agum sebagai anggota Steering Committee yang meminta draf porgram kerja kami, semuanya seperti kembali akrab walau dipisahkan 2 bulan.
Bukan PUSDIS kalau tidak “Datang menciptakan kenangan, selesai untuk dikenang” ketika acara formal telah usai, kami kembali melanjutkkan sesi bounding dengan melakukan bakar-bakar daging di Taman Inklusif JJ, Jalinan Jiwa. Malam ini juga sangat indah, kami banyak berbicara, kak Agum turut memberikan kuliah singkat mengenai penulisan tesis dan saran bagi kami adik-adik S1. Pada malam itu juga, untuk pertamakalinya saya bernyanyi di depan banyak orang setelah sekian lama tidak melakukannya sejak tamat SMA, ada kak Adryan yang juga melakukan dance mix Kpop, malam yang benar-benar menghangatkan.

Hari kedua datang, sejujurnya inilah hari yang paling ditunggu, benar! Kami berwisata ke Kebun Wisata Gowa. Kebetulan hari itu adalah Minggu pagi, UNHAS memiliki acara CFD setiap Minggu pagi, bertempat di jalur bus kami akan melaju. Ketika terkena macet, salah satu teman PUSDIS turun dan membantu untuk merapikan jalanan agar bus kami dapat lewat, itu adalah salah satu memori yang amat berkesan.
Sepanjang jalan kami mendengarkan lagu, salah satu yang berkesan bagi saya adalah lagu dari Tulus ‘Tujuh Belas’.
‘Sederas apa pun arus di hidupmu,
Genggam terus kenangan tentang kita,
Seberapa pun dewasa mengujimu,
Takkan lebih dari yang engkau bisa,
Dan kisah kita abadi untuk s’lama-lamanya’.
Kami menyanyikannya bersama dengan harapan bahwa di masa depan, kenangan bersama hari ini mampu menguatkan di kala susah.
Sesampainya di tempat, kami langsung masuk dan menepati salah satu gazebo, di awal kami diberi kebebasan untuk bermain sebelum rundown acara dimulai. Saya dan Ara Fomo–fear of missing out, melihat Jun, Andika, Taufik dan Alya naik motor ATV untuk berkeliling, jadi Ara mengajak saya untuk ikut main juga. Kami pun membeli 1 tiket dengan harapan bisa naik berdua, namun ternyata Ara mau menaiki sendiri tanpa dibonceng, tapi karena ramai dan banyak anak kecil, diputuskan agar saya yang di depan dan Ara mengikut di belakang.
Saya ingat, baru beberapa detik naik, sudah ada anak kecil di depan saya yang membuat saya sedikit kaget, dan juga rute motor yang cukup memiliki tikungan tajam yang membuat kami berdua melaju dengan lambat. Walau rute yang kami lalui cukup membuat deg-degan, tapi rasanya sangat menyenangkan, hampir saja kami ingin naik lagi namun waktu games telah dimulai, tim acara sudah mulai memanggil untuk berkumpul kembali.
Saya dan Ara ternyata sampai dengan cepat, sambil menunggu, kami bernyanyi menggunakan speaker yang sengaja kami bawa. Lucunya, kami seperti bertanding dengan speaker pengunjung lain, pada saat itu banyak yang sedang memutarkan musik dan kami salah satu yang berusaha untuk tetap menonjol di sela-sela keramaian. Setelah semua berkumpul, kami kemudian melakukan game, di game ini sangatlah seru, kami ditugaskan untuk mengoper karet, dan saat itu dibagi 2 tim, dan sayangnya, tim saya kalah.
Setelah game, kami kembali bermain musik dan dance, bahkan ghiyats (Giyo) sebagai tim PUBDOK, sampai naik ke atas pohon untuk merekam kami bahkan ada ibu-ibu dari pengunjung lain juga yang turut berdansa bersama kami.
Selepas sesi musik, kami masuk ke dalam sesi bertukar kado. Hari sebelumnya, kami telah diberitahu untuk membawa kado dengan maksimal harga 30.000 dan akan diacak. Di sini berbagai macam kado dapat ditemukan, ada yang dapat pop mie, tumblr, baju dan saya sendiri dapat buku cerita anak muslim dan satu buah buku tulis, hadiah yang sangat unik dan cocok karena saya sudah lama ingin membaca cerita dongeng, terima kasih untuk yang memberikan kado tersebut.
Selepas tukaran kado, kami diberi waktu satu jam untuk bebas bermain, banyak yang memilih berenang, namun karena saya tidak membawa baju ganti, akhirnya saya dan Ara memutuskan untuk bernyanyi bersama sambil menunggu yang lain selesai berenang. Di akhir, ada Khalis, Alya, Alan, Ghiyast yang ikut bernyanyi bersama.
Ketika akan ke bus, saat berjalan kami memutar lagu “Kalau Kau Suka Hati Tepuk Tangan” dan membuat orang-orang di sekitar kami mengikuti arahan liriknya, seperti ‘kalau kau suka hati tepuk tangan’ dan banyak pengunjung yang bertepuk tangan, itu membuat kami senang.
Perjalanan tak hanya sampai di Kebun Wisata Gowa, kami mampir makan RM Teras Nila, di sana PUSDIS menempati 3 gazebo, masing-masing gazebo muat 15 orang. Suasana terasa menyenangkan, saya teringat masakan di rumah nenek yang kerap saya makan selepas sekolah usai.
Sebagai penutup, kami memakan es cream bersama roti kemudian bercanda bersama, ada yang bermain tiktok, berdiskusi dan sekedar melihat ikan di kolam. Hari itu diakhiri dengan canda tawa, hampir semua nyaris tertidur di dalam bus, kami membawa pulang berbagai kenangan mengalahkan lelah yang indah[].



















