Teatrikal Inklusif Mendukung Kemerdekaan Palestina

setelah pementasan, foto bersama

Oleh Sri Miftahul Jannah Hamid, Relawan Teman Difabel batch II

Halo semuanya!

Perkenalkan, saya Sri Miftahul Jannah Hamid, relawan PUSDIS UNHAS batch II. Saya mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan Prodi Manajemen.

Sungguh rasa bahagia berkesempatan tampil bersama teman-teman PUSDIS pada acara Peace and Cultural Night 2024 yang diadakan oleh Aliansi Perdamaian 21 September 2024. Kegiatan yang syukurnya berjalan lancar dan sukses ini memberi banyak memori indah bagi kami, mulai dari proses awal pencarian talenta hingga keakraban setelah kegiatan ini berlangsung.

Semua ini berawal dari alasan “Mengapa?”

Mengapa kami, teman-teman PUSDIS ingin turut berkontribusi menampilkan persembahan dalam acara Peace & Cultural Night yang diadakan Aliansi Perdamaian? Ini berangkat dari visi misi dan esensial yang mendalam dari Peace and Cultural Night itu sendiri. Kedamaian, kesetaraan, kesatuan dan kebersamaan yang ingin diciptakan oleh aliansi perdamaian ingin kami ciptakan juga. PUSDIS ingin menciptakan panggung yang dapat diartikan sebagai upaya kami mewujudkan kesetaraan dengan tampil sebagai bagian kebersamaan untuk menunjukkan bahwa kami juga bisa, kami adalah keluarga yang baru dan utuh dalam keharmonisan.

Penampilan yang ditampilkan ada 3 jenis yaitu, Deaf dance (Teman Tuli menari), Musikalisasi Puisi (yang dibawa oleh dua teman difabel dan Volunter Juru Bahasa Isyarat Unhas) kemudian Drama (Yang dibawa teman difabel dan Relawan Pusdis). Keputusan untuk menetapkan ketiga penampilan itu melalui diskusi yang panjang, banyak makna dan perspektif yang ingin kami satukan. Kami ingin mengguncang pandangan orang-orang terhadap difabel, bahwa teman difabel pun bisa melakukan apa saja dan tidak tertinggal seperti stereotip, pun bisa membersamai semua hal dan semua bersatu untuk mendukung Palestina bersama.

Latihan H-1 bersama

Latihan di Taman Pusdis

Tidak semua berjalan mulus tanpa hambatan, persiapan awal kami dapat dikatakan acak dan masih harus mencari talenta yang ingin berpartisipasi bersama. Partisipan di penampilan ini, seluruhnya dari Pusdis Unhas, ialah Teman Difabel, Volunter Juru Bahasa Isyarat, dan Relawan Pusdis dari Batch 1 dan 2. Waktu yang tak tersisa banyak membuat semua terasa berantakkan di awal, namun berkat kegigihan akhirnya masing-masing mendapatkan peran masing-masing.

Setelah itu, kami melaksanakan latihan dengan ruangan masing-masing, ruang 1 untuk latihan tari, ruang 2 untuk latihan drama dan ruang ketiga untuk mengekspresikan musikal puisi. Kerja keras tidak hanya datang dari talenta yang tampil tapi juga teman yang mengembangkan tugas sebagai bagian teknisi.

Teman-teman teknisi mengarahkan dan membantu kami, Mican bertugas sebagai pengarah dan sebagai tim evaluasi terhadap penampilan, Meyo sebagai teknisi yang membantu kami menyatukan sound 3 yang berbeda untuk dijadikan 1, dan ada 1 sound untuk Tari Tuli yang dipandu oleh Fitrah dan Farah sebagai Juru Bahasa Isyarat, sound ke 2 untuk musikalisasi puisi dan ketiga sound untuk drama. Selama latihan berlangsung, kami yakin dan antusias mempercayai satu sama lain. Menurut kak Fitrah, menyatukan ketiga penampilan ini adalah bentuk mengekspresikan ekspresi ‘gila’. Persiapan seni yang dipandangnya, seni yang menyatukan tarian, sound, sound feeder untuk teman tuli, musikalisasi puisi dan drama.

Selama persiapan ini tentu ada yang terlihat ingin menyerah, ada yang memiliki keraguan di hati, tapi kami membuatnya menjadi satu, semuanya bersama sama memberi umpan balik dan saling menyemangati, “Ciptakan Panggungmu Sendiri” yang membuat kami membara bersama-sama, dapat dikatakan bahwa persiapan ini berisi kekompakan solid.

Nervous, takut dan beberapa pemikiran negatif lainnya pun menghampiri kami beberapa jam sebelum waktunya tampil seakan-akan kerja keras kami sebelumnya terasa belum cukup. Momen kebersamaan adalah pegangan yang kami genggam erat, percaya bahwa semuanya telah melakukan hasil terbaik, dan semuanya akan berjalan dengan sangat baik. Penampilan pertama dari PUSDIS adalah Tari dari teman Tuli dengan menggunakan baju berwarna hitam, kemudian dilanjutkan musikalisasi puisi memakai baju putih yang dilumuri pewarna makanan merah sebagai representasi darah perjuangan Palestina.

Kemudian, penampilan ketiga ialah drama, di sini kami menampilkan situasi kamp pengungsian Palestina, penuh dengan pasien yang membutuhkan uluran tangan, serta kejadian yang mendadak berupa boom yang tiba tiba dijatuhkan dan menewaskan pasien Palestine. Di akhir, kami bersama-sama menyanyikan lagu Gaza Tonight, memberitahu kepada dunia, bahwa walaupun kekejaman terus mendatangi tetapi Palestina tidak akan menyerah.

Kami sangat senang bisa tampil. Walaupun singkat sekitar 10 menit, rasa-rasanya kami telah melakukan yang terbaik yang kami bisa dan doa yang begitu kuat agar Palestina bisa bebas dan dunia dan kita bisa lebih bahagia.

Kabar Terkini

Accessibility
Font Size
Line Height
Letter Spacing
×
GDPR Notice:

This plugin uses cookies to enhance your experience and provide personalized accessibility settings. These cookies are stored in your browser and allow us to remember your preferences for font size, color schemes, and other accessibility features. By using this plugin, you consent to the use of cookies for these purposes. You can delete or block cookies in your browser settings at any time. Please note that doing so may affect your experience on the site.